Friday, November 22, 2013

When a lecturer sighing

Menjadi seseorang yang dianggap tahu oleh orang yang tidak tahu itu sebenarnya bukan perkara mudah dan sepele. Bagaimanapun juga, saya, dalam hal ini sebagai seorang tenaga pengajar, bagi mahasiswa-mahasiswi yang belakangan ini semakin canggih dan pintar, seringkali merasa tidak mampu mentransfer ilmu yang saya miliki. Terlebih dengan pandangan dan perasaaan pribadi bahwa ilmu yang hendak saya transfer itu belum seberapa. Begitu minim ilmu yang saya miliki dan yang bersemayam sekian lama di otak, rasanya tidak mampu atau belum pantas berdiri di hadapan mereka, para pemuda-pemudi generasi modern. 

Pada dasarnya esensi dari mengajar memang tidak hanya sekedar mentransfer ilmu dari guru ke murid atau dosen ke mahasiswa belaka. Pendidikan dalam arti yang lebih luas menurut saya adalah proses mengubah seseorang menjadi lebih baik. Dalam tataran ini tidak saja ilmu secara teoritis ataupun praktek, namun lebih mendasar terhadap sikap, perilaku, dan kebudayaan yang nantinya akan berujung pada peradaban yang lebih baik. Namun, muncul sebuah pertanyaan kemudian, peradaban macam apa yang baik itu? Basicly, peradaban yang memanusiakan manusia tanpa harus menginjak-injak harkat hidup manusia itu sendiri. 

Tolak ukur nilai dan perkembangan teoritis seorang pebelajar yang semakin kaya tidak bisa menjamin kesuksesan pendidikan yang telah dienyam oleh pebelajar itu sendiri. Artinya, sepandai apapun dia jika dalam perilakunya tidak ada peningkatan kearah yang lebih baik, kearah yang lebih benar, maka pendidikan itu sendiri bagi saya tidak ada artinya. Bahkan, kadangkala demi meraih kesuksesan dalam pendidikan, seseorang melakukan tindakan-tindakan yang tidak dibenarkan dan memperburuk apa yang dimilikinya.

Berangkat dari pandangan itulah, kadangkala saya tidak terlalu idealis terhadap mahasiswa-mahasiswi saya baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Namun, hal ini tidak berarti juga bahwa saya tidak concern terhadap kemajuan belajar mereka secara teoritis dan praktis. Tidak. Dan juga, it's not kind of excuse jika kadangkala saya agak santai dan ngawur ketika bersama mereka di kelas. Hal inilah, yang membuat saya semakin semangat belajar bagaimana mewujudkan proses belajar yang humanis namun tetap concern terhadap materi. In short, pengajar harus terus belajar bagaimana cara mengajar pebelajar dengan ajaran yang baik, baik, dan baik.

Salam