Menjadi seseorang yang dianggap tahu oleh orang yang tidak tahu itu
sebenarnya bukan perkara mudah dan sepele. Bagaimanapun juga, saya,
dalam hal ini sebagai seorang tenaga pengajar, bagi mahasiswa-mahasiswi
yang belakangan ini semakin canggih dan pintar, seringkali merasa tidak
mampu mentransfer ilmu yang saya miliki. Terlebih dengan pandangan dan
perasaaan pribadi bahwa ilmu yang hendak saya transfer itu belum
seberapa. Begitu minim ilmu yang saya miliki dan yang bersemayam sekian
lama di otak, rasanya tidak mampu atau belum pantas berdiri di hadapan
mereka, para pemuda-pemudi generasi modern.
Pada dasarnya esensi
dari mengajar memang tidak hanya sekedar mentransfer ilmu dari guru ke
murid atau dosen ke mahasiswa belaka. Pendidikan dalam arti yang lebih
luas menurut saya adalah proses mengubah seseorang menjadi lebih baik.
Dalam tataran ini tidak saja ilmu secara teoritis ataupun praktek, namun
lebih mendasar terhadap sikap, perilaku, dan kebudayaan yang nantinya
akan berujung pada peradaban yang lebih baik. Namun, muncul sebuah
pertanyaan kemudian, peradaban macam apa yang baik itu? Basicly,
peradaban yang memanusiakan manusia tanpa harus menginjak-injak harkat
hidup manusia itu sendiri.
Tolak ukur nilai dan perkembangan
teoritis seorang pebelajar yang semakin kaya tidak bisa menjamin
kesuksesan pendidikan yang telah dienyam oleh pebelajar itu sendiri.
Artinya, sepandai apapun dia jika dalam perilakunya tidak ada
peningkatan kearah yang lebih baik, kearah yang lebih benar, maka
pendidikan itu sendiri bagi saya tidak ada artinya. Bahkan, kadangkala
demi meraih kesuksesan dalam pendidikan, seseorang melakukan
tindakan-tindakan yang tidak dibenarkan dan memperburuk apa yang
dimilikinya.
Berangkat dari pandangan itulah, kadangkala saya
tidak terlalu idealis terhadap mahasiswa-mahasiswi saya baik di dalam
kelas maupun di luar kelas. Namun, hal ini tidak berarti juga bahwa saya
tidak concern terhadap kemajuan belajar mereka secara teoritis dan
praktis. Tidak. Dan juga, it's not kind of excuse jika kadangkala saya
agak santai dan ngawur ketika bersama mereka di kelas. Hal inilah, yang
membuat saya semakin semangat belajar bagaimana mewujudkan proses
belajar yang humanis namun tetap concern terhadap materi. In short,
pengajar harus terus belajar bagaimana cara mengajar pebelajar dengan
ajaran yang baik, baik, dan baik.
Salam