Friday, November 30, 2012

Sebuah Cerita tentang Manusia dan Alam

Berbicara mengenai hubungan manusia dan alam ibarat memperbincangkan keintiman hubungan sepasang suami dan istri. Bagaimana tidak, begitu bergantungnya hidup manusia pada alam, hingga manusia seakan tak bisa lepas untuk selalu menurut-sertakan alam dalam segala urusannya. Hal ini tidak dapat dinafikan telah terjadi sejak zaman azali hinggan zaman modern seperti saat ini.

Saya tidak hendak berbicara dalam hal yang bukan ranah saya. Sudah banyak pemerhati lingkungan hidup, aktifis pecinta alam, maupun para ahli yang berbicara secara ilmiah di ruang-ruang dan meja-meja gagah yang hanya bisa di tempati orang-orang dengan intelektual tinggi membahas tentang keberlangsungan lingkungan hidup. Saya hanya ingin meyuarakan  isi hati saya, apa yang ada di benak saya, sebagai manusia biasa yang hidupnya sangat bergantung pada keharmonisan alam dan lingkungan.

Makin banyaknya ahli dan orang-orang yang menyuarakan pentingnya menjaga lingkungan dan alam sekitar, diiringi pula dengan makin banyaknya pendatang baru yang melakukan tindakan yang sangat berlawananan. Penebangan liar dilakukan dengan dalih untuk memperluas area perumahan. Begitu juga dengan pengerukan gunung-gunung yang sedikit banyak digunakan untuk lahan industri. Kemudian, hasil dari pengerukan tersebut digunakan untuk menguruk air laut yang berujung pada kepentingan pribadi alih alih menjaga keberlangsungan lingkunan hidup untuk orang banyak.


Sebenarnya tindakan ini dapat diminimalisir seandainya birokrat dan mereka yang berkuasa mau sedikit saja idealis dengan tidak memberikan ijin terhadap segala bentuk perusakan alam untuk kepentingan pribadi manusia. Sungguh ironi, jika elemen dan unsur masyarakat bawah saja begitu gencar menyuarakan tentang keberlangsungan lingkungan hidup, namun justru elemen kelas atas dan elit petinggi negaralah yang justru melakukan pengkerdilan terhadap gagasan itu sendiri.



Karena pada hakikatnya, keberlangsungan kehidupan lingkungan hidup juga memiliki peran penting bagi kehidupan manusia itu sendiri. Undang-undang dan peraturan tentang pembangunan dan pendirian bangunan seharusnya diindahkan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Namun sekali lagi, kepentingan manusia menjadi "Tuhan" yang menguasai segala tingkah laku manusia.


Tidak ada yang dapat dilakukan, selain memulai dari diri sendiri. Tidak ada yang sia-sia dengan melakukan perbuatan mulia. Karena siapa yang menanam dia pulalah yang akan menuai. Memang sangat dibutuhkan kekompakan dan kerja sama dari unsur masyarakat untuk menjaga lingkungan demi terwujudnya bumi yang hijau dan asri. Mulai dengan diri sendiri, keluarga, tetangga, dan orang lain. Jangan pernah malas mengajak mereka untuk selalu hidup bersih, menjaga keteraturan alam demi kehidupan anak cucu kita kelak.



Go Green!

No comments:

Post a Comment